Bersebelahan dengan telaga warna, telaga pengilon menjadi pemoles keindahan kawasan Taman Wisata Alam ini, lokasinya berada diatas desa jojogan akan tetapi lebih mudah dijangkau melalui desa Dieng, untuk menikmati keindahan telaga ini, pengunjung dapat masuk melalui pintu gerbang yang sama dengan ketika masuk telaga warna, dengan mengambil jalan yang ke kiri dan mengikuti jalan setapak nantinya pengunjung akan lebih leluasa mengeksplorasi telaga pengilon secara utuh.

Telaga dengan air yang sangat jernih/ bening dan dapat digunakan sebagai cermin, nama pengilon merupakan bahasa Jawa yang artinya Cermin, tempat untuk melakukan introspeksi diri, tempat untuk  melihat kedalam lubuk hati terdalam seorang manusia, tempat yang dapat menunjukkan keaslian diri seorang manusia, paling tidak itulah keyakinan yang berkembang dan dipercaya sampai sekarang, dengan bercermin di telaga pengilon kita akan melihat kecantikan/ keelokan wajah kita apabila kita memiliki hati yang bersih dan sebaliknya apabila kita belum memiliki hati yang bersih maka pantulan dari air tersebut akan menunjukkan wajah yang kurang elok/cantik.

Lokasi telaga pengilon dikelilingi bukit dengan tumbuhan pepohonan endemik yaitu akasia, tidak begitu jauh dari lokasi sudah berbatasan dengan lahan-lahan subur milik petani setempat tapi terbatasi oleh hutan yang cukup lebat, para pendaki yang sudah pulang dari Gunung Prau atau dari Gunung Sikunir yang memiliki waktu cukup luang biasanya akan istirahat kembali di lokasi ini dengan mendirikan tenda di sisi timur telaga, suasananya sangat nyaman jauh dari keramaian dan dapat menikmati pemandangan ikan-ikan kecil yang berenang  kesana kemari di telaga yang jernih ini.

Untuk mencapai lokasi tersembunyi ini dapat ditempuh melewati dua jalur yaitu jalur desa Jojogan yang cukup menanjak dan melewati jalur Dieng /pintu masuk telaga warna.  Dengan waktu tempuh dari masing- masing jalur sekitar 30 menit.

Kejernihan air dan lokasi yang berada didalam cekungan dengan benteng-benteng perbukitan inilah barangkali yang membuat hewan endemik itik gunung/ mliwis (Pasifik Black Duck) menjadi sangat kerasan berada di sini, jenis burung berdiameter sekitar 55 cm dengan tanda strip hitam dikepala ini masih dapat dengan mudah dijumpai di telaga warna maupun telaga pengilon. Saat terbang ,sayap bawah yang berwarna putih terlihat sangat kontras dengan bulu gelapnya ,keberadaan fauna endemik seperti ini memang sudah sangat jarang kita jumpai dan telaga pengilon sampai saat ini masih menjadi salah satu tempat untuk hidup bagi fauna ini selain Telaga Merdada, Telaga Cebong, Telaga Sedringo maupun Telaga Semurup.