Budaya memiliki peran penting dalam suatu daerah. Seperti di Dataran Tinggi Dieng ada satu acara tahunan yang diselenggarakan sebagai upaya melestarikan kebudayaan setempat yaitu ‘Dieng Culture Festival’. Acara ini mampu menyedot wisatawan domestik maupun wisatawan asing untuk datang ke Dieng.
Festival ini diadakan satu tahun sekali, sehingga mampu menarik para wisatawan untuk hadir dan menyaksikan DCF. Beberapa acara yang biasanya dilakukan dalam Dieng Culture Festival, seperti :
Daftar isi
Pagelaran Jazz di Atas Awan
Jazz lazimnya dipertunjukkan di cafe, sehingga menjadi ide yang baru ketika Dieng Culture Festival menghadirkan jazz sebagai salah satu dari rangkaian yang disajikan. “Jazz Atas Awan”, bukan tanpa alasan menyematkan kata ‘atas awan’ sebagai salah satu nama acara di Dieng Culture Festival. Seperti kita ketahui, Dieng merupakan dataran tinggi yang terletak di ketinggian lebih dari 2.000 mdpl. Sehingga ada juga yang menyebut Dieng sebagai ‘negeri khayangan’.
Melihat sunrise di Bukit
Dieng terdiri dari bukit-bukit yang masing-masing menawarkan keindahan yang menakjubkan. Selain itu, bukit-bukit di Dieng juga ramah pendaki, jadi pendaki pemula yang tidak biasa mendaki gunung pun tetap mampu mencapai puncak.
Jalan Sehat dan Minum Purwaceng
Jalan sehat, sebagai salah satu dari rangkaian DCF, memiliki makna supaya ribuan peserta yang mengikuti kegiatan ini dapat memahami kebiasaan atau cara hidup masyarakat Dieng yang sebagian besar masih berjalan kaki jika hendak pergi ke kebun, sekolah, pasar, dan sebagainya. Usai jalan sehat, peserta disuguhi minuman purwaceng. Seperti carica, purwaceng merupakan minuman khas yang hanya ada di Dieng. Purwaceng ini memiliki banyak manfaat, terutama untuk meningkatkan stamina dan vitalitas pria dan wanita. Masyarakat Dieng pun sudah lama mengetahui khasiat tanaman ini dan telah mengkonsumsinya secara turuntemurun. Dengan demikian, kegiatan ini juga ingin menunjukkan kebiasaan masyarakat lokal.
Pagelaran Seni Tradisi
Ada beberapa kesenian yang dipertunjukkan dalam Dieng Culture Festival, diantaranya :
Tari Rampak Yakso Pringgondani
Tari ini dilakukan oleh banyak peserta, yaitu lebih dari 20 penari. Sebab tarian ini merupakan tari kolosal. Penari seluruhnya laki-laki dengan kostum daerah yang didominasi warna hitam dan merah, seluruh wajah ditutup dengan riasan berwarna hitam, ditambah dengan variasi menyerupai gigi taring dan rambut palsu yang berantakan.
Tari Lengger
Tari ini merupakan tarian bebas yang dipertunjukkan oleh beberapa orang yang mayoritas terdiri dari kaum laki-laki. Secara visual, pakaian yang digunakan mirip seperti adat Jawa pada umumnya. Namun yang menarik adalah hadirnya penari wanita yang mempertontonkan gaya tarian bebas namun sangat lemah gemulai. Tarian ini diiringi oleh alunan musik gamelan Jawa.
Pagelaran Wayang Kulit
Pagelaran wayang kulit dijadikan sebagai salah satu dari rangkaian Dieng Culture Festival untuk melestarikan kesenian yang hampir punah di Pulau Jawa. Selain itu, pagelaran wayang kulit telah menjadi tradisi bagi masyarakat Jawa untuk mengucap syukur pada Sang Pencipta. Rangkaian acara pagelaran wayang kulit ditutup dengan penerbangan ribuan lampion.
Kirab Budaya
Kirab budaya dalam DCF dapat digambarkan sebagai iring-iringan peserta yang berjumlah ratusan orang guna memandu atau mengarak anak-anak rambut gimbal yang akan dicukur. Seluruh peserta kirab mengenakan pakaian adat Jawa, yaitu blangkon dan beskap untuk pria dan kebaya untuk wanita. Sedangkan anak-anak rambut gimbal mengenakan pakaian serba putih dan ikat kepala yang juga berwarna putih.
Jamasan Anak Rambut Gimbal
Jamasan digambarkan sebagai ritual dengan menggunakan air yang berasal dari Sendang Maerokoco dan tujuh sumber mata air lainnya, serta bunga tujuh rupa yang dipercikkan pada anak-anak rambut gimbal yang akan dicukur. Jamasan dengan air tujuh rupa ini mengandung filosofi bahwa anak-anak rambut gimbal memohon doa restu kepada leluhur dan Tuhan YME supaya ritual pencukuran rambutnya berjalan dengan lancar.
Ritual Cukur Rambut Gimbal
Ritual Cukur Rambut Gimbal merupakan acara puncak dari Dieng Culture Festival, karenanya acara ini paling banyak menyedot perhatian pengunjung. Lokasi pencukuran berada di pelataran Candi Arjuna, dimana di tengahnya terdapat pembatas berupa kain berwarna putih. Pengunjung tidak boleh melewati pembatas tersebut, sebab yang boleh memasuki kawasan steril hanya yang berkepentingan dan tamu undangan saja.
Larungan
Larung dalam bahasa Indonesia berarti hanyut, sehingga larungan berarti menghanyutkan cukuran rambut anak-anak gimbal. Filosofi dari ritual ini adalah untuk membuang segala petaka yang ada dalam diri peserta ruwatan.