Berada di kawasan dataran tinggi menjadikan Dieng cukup dingin. Suhu di sana berkisar antara 12-20 derajat celcius di siang hari, dan pada malam hari turun berkisar 6-10 derajat celcius. Dan pada musim kemarau suhu di Dieng dapat turun hingga 0 derajat celcius.
Mbun Pas
Bahkan pada puncak musim kemarau pada bulan Juli-Agustus akan muncul fenomena alam turunnya salju di Dieng atau masyarakat lokal menyebutnya ‘Mbun Pas’.
Sebenarnya ini bukan fenomena hujan salju sungguhan namun embun-embun pada dedaunan dan ranting tanaman yang membeku karena rendahnya suhu di Dieng.
Banyak wisatawan yang berkunjung ke Dieng karena tertarik akan fenomena alam tersebut, meskipun sebenarnya keberadaan embun es tersebut cukup merugikan pertanian di Dieng sebab dapat merusak tanaman dan membuat gagal panen.
Kebiasaan Menarik
Karena dinginnya suhu di Dieng, ada satu kebiasaan menarik yang dilakukan penduduk lokal yang mungkin tidak dijumpai di daerah lain yaitu ‘Genen’. ‘Genen’ ini merupakan bahasa jawa lokal yang memiliki maksud menghangatkan tubuh di depan tungku perapian sampai hangat.
Genen
Bahkan ketika kedatangan tamu, pemilik rumah akan mengajak tamu tersebut untuk ‘Genen’ di dapur mereka sembari menikmati minuman purwaceng hangat. Karena seringnya ‘Genen’ inilah sehingga membuat kaki mereka menjadi ‘Mongen’ atau menghitam karena selalu terkena panas api.
Karing
Kebiasaan ini biasa dilakukan masyarakat pada senja hingga kemalam hari, sedangkan pada pagi hari masyarakat biasanya berjemur di bawah kehangatan mentari atau masyarakat setempat menyebutnya ‘Karing’.