Nama Kailasa berasal dari nama salah satu gunung tempat tinggal Dewa Syiwa. Nama ini disandangkan pada bangunan museum ini karena kepurbakalaan Dieng sangat identik dengan pemujaan terhadap Dewa Syiwa yang dapat diketahui dari peninggalan percandian maupun prasasti. Bangunan museum yang dilengkapi dengan berbagai fasilitas seperti toilet, mushola, café, gazebo, dan tempat parkir. Museum Kailasa diresmikan pada tanggal 28 Juli 2008 oleh Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia Ir Jero Wacik.

Lokasi bangunan museum Kailasa terletak dibawah bukit pangonan yang menurut penuturan warga sering ditemukan berbagai peninggalan sejarah atau tepatnya di seberang Candi Gatutkaca,  secara administratif masuk wilayah desa Dieng kulon, Kecamatan Batur Kab. Banjarnegara.

Bangunan museum kailasa terdiri dari 4 bangunan utama yaitu tempat untuk menyimpan benda-benda cagar budaya, tempat untuk ruang informasi /artefak tentang Dieng dan pemutaran film tentang Dieng, bangunan toilet dan  mushola dan bangunan untuk tempat pertunjukan dan pertemuan besar, sedangkan bangunan lain berupa gazebo – gazebo kecil di bagian atas yang dapat digunakan sebagai tempat istirahat dan menyaksikan pemandangan desa Dieng dan komplek candi arjuna.

Museum ini dijaga cukup ketat oleh petugas yang selalu berganti-ganti shift, mengingat didalam museum ini terdapat benda-benda yang tak ternilai harganya, benda-benda peninggalan sejarah hindu jawa kuno dari abad ke 7- 8 Masehi, bahkan ada ruang khusus untuk menyimpan benda-benda peninggalan sejarah yang tidak sembarang orang dapat mengunjunginya, salah satu benda yang paling unik dan tidak ditemukan dibagian Indonesia manapun adalah Arca Kudu, arca ini berbentuk kepala manusia dengan ornament sederhana dan ditemukan dibeberapa candi di India. Selain Arca kudu ada juga Kala makara yang menurut cerita beberapa penjaga museum memiliki unsur magisnya yaitu kalau malam sering berubah menjadi kobaran api, tentu saja benda –benda seperti itu harus disimpan pada tempat yang sangat terlindung dan tidak sembarang orang dapat melihatnya untuk alasan keamanan sejarah.

Sementara itu untuk bangunan yang satunya lagi yang terletak disebelah atas penyimpanan arca-arca selalu dibuka untuk umum yang menampilkan Film dokumenter  tentang Dieng dan panel –panel tentang seluk beluk Dieng dalam bentuk gambar,benda-benda, dan cerita dokumentasi tentang geologi, flora-fauna, kehidupan sehari-hari, kepercayaan,kesenian Dieng dan adat istiadat setempat.

Museum Kailasa cukup ramai dikunjungi wisatawan, bagi yang memiliki waktu cukup dapat bersantai di gazebo paling atas dengan menaiki tangga yang diberi ornamen batu alam tampak menyatu dengan bangunan museum dan di tempat paling tinggi inilah kita dapat melihat terangkatnya kabut yang menyelimuti candi pada pagi hari sebelum silver sunrise muncul menerangi dataran tinggi Dieng, Pemandangan ini sangat sulit dapat dinikmati dari tempat lain, akan tetapi memang informasi ini belum tersebar dengan baik sehingga jarang yang menjadikan tempat ini sebagai Favorit place untuk menikmati pemandangan langka, terlebih lagi pada saat bun upas datang dan menyelimuti rerumputan dan semua tetumbuhan yang ada di dataran tinggi Dieng, tiada duanya pemandangan seperti ini semua tampak putih dan kalau pas matahari muncul akan terlihat pantulan cahaya kemilau dari dataran yang semula dipenuhi rerumputan ini.