Dieng Plateau, atau dataran tinggi Dieng, merupakan salah satu situs bersejarah paling terkenal di Jawa Tengah, Indonesia. Dataran ini sudah sangat akrab bagi masyarakat Indonesia, karena terkenal dengan pesona alamnya yang indah di Pulau Jawa, dikelilingi oleh pegunungan hijau dan hamparan awan yang memunculkan udara dingin yang segar.

Selain keindahan alamnya yang tak tertandingi, Dieng juga menyimpan banyak objek wisata geologi dan sejarah yang menarik untuk dikunjungi. Beberapa tempat wisata di Dieng antara lain kawah, telaga, dan kompleks kawasan Candi Hindu yang mampu menarik para wisatawan untuk kembali berkunjung. Keindahannya tidak hanya terkenal di dalam negeri, namun namanya juga telah meraih ketenaran hingga di luar negeri.

Selengkapnya

Profil

ProfilKeterangan
EtimologiSecara harfiah, nama Dieng berasal dari bahasa Sansekerta yaitu kata “ardhi” yang bermakna gunung dan “hyang” yang artinya para dewa. Sedangkan pendapat lain mengartikan bahwa Dieng berasal dari kata “edi” yang berarti cantik dalam bahasa Jawa, dan “aeng” yang berarti aneh.
Luas wilayahDieng Wetan, Kab Wonosobo (282 Ha) dan Dieng Kulon, Kab. Banjarnegara (338 Ha)
Letak Geografis4°37’ – 5°15’ Lintang Selatan, 106°32’ – 106°52’ Bujur Timur.
Letak Astronomi7,20° Lintang Selatan dan 109,92° Bujur Timur.
Pembagian administratifDieng Wetan, Kecamatan Kejajar Kab. Wonosobo dan Dieng Kulon, Kecamatan Batur Kab. Banjarnegara.
Batas WilayahSebelah utara : Kabupaten Kendal, Barat Laut : Kabupaten Pekalongan, Barat : Gunung Sindoro dan Gunung Sumbing.
ProvinsiJawa Tengah
PotensiPertanian, Pariwisata dan Peternakan
JulukanNegeri diatas awan
Tempat wisata terkenalTelaga Warna, Kawah Sikidang, Candi Arjuna, Sunrise Sikunir, Telaga Menjer, Museum Kailasa, Telaga Pengilon, Sumur Jalatunda, Telaga Cebong, Telaga Merdada, Dieng Plateau Theater.

Iklim


iklim diengDataran Tinggi Dieng memiliki iklim tropis. Karena terletak pada ±2.000 meter di atas permukaan laut dan terhimpit oleh 4 gunung, udaranya cukup dingin. Pada musim kemarau di siang hari suhu berkisar antara 15o C – 10o C sedangkan pada malam hari suhu berkisar antara 5o C – 10o C , dan kadang-kadang mencapai 0o dan biasanya kondisi tersebut disebut “Bun Upas”, yaitu salju tipis atau embun yang menyapu dataran tinggi dengan suhu di bawah titik beku. Akan tetapi pada bulan Juni, Juli dan Agustus sirkulasi udara biasanya berganti musim. Maka dalam bulan-bulan tersebut suhu udarapun berubah.

Letak


letakDieng terletak di sebelah barat Gunung Sindoro dan Gunung Sumbing, Dieng merupakan kawasan vulkanik aktif yang juga gunung api raksasa berbentuk dataran luas dengan panjang kurang lebih 9 mil (14 km) dan lebar 4 mil (6 km) memanjang dari arah barat daya-tenggara. Ketinggian Dieng mencapai 2000 Meter di atas permukaan laut.

Wilayah


Administratif

wilayahSecara administratif kawasan Dataran Tinggi Dieng dimiliki oleh kabupaten Wonosobo dan kabupaten Banjaregara. Kabupaten Wonosobo memiliki kawasan dieng bagian timur (Dieng Wetan) di Kecamatan Kejajar. Sedangkan kawasan bagian barat (Dieng Kulon) di Kecamatan Batur milik Kabupaten Banjarnegara.

Luas wilayah

Luas wilayah Dieng Wetan adalah 282.000 ha, yang dihuni oleh penduduk sebanyak 1.557 jiwa. Sebaliknya Dieng Kulon lebih luas dari Dieng Wetan, dengan luas 337.864 ha yang dihuni oleh penduduk sebanyak 2.480 jiwa.

Aksebilitas


Dataran Tinggi Dieng dapat diakses melalui beberapa jalur. Jalur tersebut adalah melalui Banjarnegara, Batang dan Wonosobo. Namun, diantara jalur-jalur tersebut, yang paling efektif dan efisien adalah melalui Wonosobo. Jarak Dataran Tinggi Dieng dengan pusat pemerintahan Wonosobo adalah 26 km yang dapat dilalui dengan sepeda motor, kendaraan roda empat dan mikro bus. Jalan untuk menuju Dataran Tinggi Dieng tidak dapat dilalui dengan menggunakan bus yang berukuran besar. Hal ini dikarenakan jalan menuju Dieng sangat sempit dengan medan yang berkelok-kelok dan menanjak.

Pariwisata


Fungsi utama wilayah Dataran Tinggi Dieng saat ini selain sebagai dataran pertanian dan perkebunan, juga merupakan daerah yang sedang dikembangkan dari sektor pariwisata dan pusat industri listrik tenaga panas atau geotermal.

Wilayah Dataran Tinggi Dieng diapit oleh bukit-bukit yang besar dan kecil, gunung-gunung yang diselingi lembah dan jurang dan curam, dihiasi oleh tumbuhan dan semak-semak dengan hawa dingin menjadikan dataran tinggi Dieng sebagai tempat wisata dengan pemandangan alam yang elok yang dapat memberikan perasaan tenang.

Poteni pariwisata di Dataran Tinggi Dieng cukup menonjol baik dalam lingkup regional, nasional, maupun internasional. Mengingat potensi kepariwisataan pada kawasan tersebut berupa perpaduan dari beberapa keajaiban alam dan peninggalan sejarah.

Kondisi kepariwisataan di wilayah Dataran Tinggi Dieng dapat dibedakan menjadi 2 kategori:

Wisata Alam

Objek wisata ini terbentuk secara alamiah dan bersifat wisata pegunungan. Jenis wisata alam Dataran Tinggi Dieng dapat difokuskan pada beberapa objek wisata seperti : kawah, telaga, pegunungan. Berikut beberapa objek wisata alam yang terkenal dan sering di kunjungi oleh wisatawan di Dieng :

Kawah Sikidang

Kawah ini adalah kawah vulkanik dengan lubang kepundan berada di daerah dataran sehingga kawah dengan luas sekitar 200 m2 serta terdapat pada tanah yang datar, sehingga dapat disaksikan langsung dari bibir kawah. Kawah Sikidang merupakan kawah aktif terbesar di dataran Tinggi Dieng. Sampai saat ini Kawah Sikidang masih aktif mengeluarkan uap panas sehingga air kawah mendidih dan bergolak. Bau khas pegunungan berapi, kepulan asap putih selalu menghiasi penampilan kawah ini. Uap panas yang keluar disertai semburan air yang mendidih berwarna kelabu selalu muncul berpindah-pindah dan melompat-lompat dari seperti seekor kidang.

Kawah Sikidang menarik untuk dijadikan sebagai objek wisata karena selain menyuguhkan pesona alam vulkanik juga terdapat beberapa daya tarik wisata buatan yang dikelola oleh masyarakat setempat seperti penyewaan sepeda motor, kuda, spot-spot foto, berfoto dengan binatang (burung hantu), flying fox dan merebus telur dengan air dari kawah.

Kawah Candradimuka

Kawah Candradimuka adalah salah satu kawah Dieng yang terletak 7 km dari Dataran Tinggi Dieng. Kawah ini sebenarnya bukan kawah gunung berapi tetapi merupakan pemunculan solfatara dari rekahan tanah. Terdapat dua lubang rekahan yang masih aktif mengeluarkan solfatara, yang satu mengeluarkan secara terus menerus dan yang lainnya secara berselang.

Kawah Candradimuka masih belum banyak dikunjungi wisatawan, baik lokal maupun mancanegara karena jaraknya yang jauh dari Dataran Tinggi Dieng, fasilitas wisata yang belum lengkap dan minimnya akses jalan.

Kawah Sileri

Kawah Sileri merupakan kawah terluas di kawasan wisata Dataran Tinggi Dieng yang masih aktif, dengan permukaan airnya yang terus menerus mengepulkan asap putih dan menunjukan gejala vulkanis. Kawah Sileri berwarna kelabu kental seperti leri, sehingga dinamakan Kawah Sileri. Lingkungan kawah ini masih sangat alami dengan latar belakang pegunungan hijau.

Pada tahun 2017 Kawah Sileri meletus yang membuat lokasi ini ditutup untuk kegiatan pariwisata. Kawah ini masih jarang dikunjungi wisatawan karena lokasinya dan ancaman letusan. Terdapat gardu pandang di tepi jalan raya sebagai alternatif tempat yang aman untuk melihat semua wilayah kawah Sileri dari atas.

Telaga Warna

Telaga Warna sudah sangat dikenal di kalangan wisatawan, baik wisatawan lokal maupun wisatawan mancanegara. Telaga ini mempunyai air yang berwarna-warni yang disebabkan oleh mineral yang dikandungnya, organisme yang terdapat di dalamnya dipadukan dengan sinar matahari yang menimpa telaga tersebut dan kemudian dipantulkan, memberikan efek warna warni.

Telaga Pengilon

Telaga Pengilon satu kompleks dengan Telaga Warna. Nama Pengilon dikarena jernihnya air telaga tersebut sehingga nampak seperti cermin (pengilon dalam Bahasa Jawa berarti cermin).

Telaga Cebong

Telaga Cebong merupakan telaga yang terjadi dari bekas kawah purba. Lokasi Telaga Cebong berada disebelah barat. Telaga ini merupakan sebuah danau volkanik yang bentuknya seperti anak katak (beledu) atau dalam Bahasa Jawa disebut cebong.

Gunung Prau

Gunung Prau objek pendakian yang cukup terkenal di Dataran Tinggi Dieng. Puncak dari gunung Prau memiliki tinggi 2.565 mdpl. Puncak Prau Walaupun tidak terlalu tinggi, pesona puncak Prau cukup menjadi daya tarik yang menawan karena menyuguhkan pemandangan puncak Sindoro Sumbing yang bisa kita lihat dengan elok bak lukisan.

Bukit Sikunir

Bukit Sikunir terletak di desa Sembungan, yang merupakan bukit dengan panorama sunrise yang dibalut hamparan awan. Pemandangan tersebut sangat memanjakan mata. Selain tidak terlalu tinggi, bukit sikunir juga memiliki akses jalan yang cukup mudah untuk mencapai pucak.

Wisata Buatan

Objek wisata ini sengaja dibuat oleh manusia. Jenis wisata buatan Dataran Tinggi Dieng dapat difokuskan pada objek-objek wisata yang cukup terkenal seperti : kawasan candi, dan gardu pandang Tieng.

Kawasan Candi

Selain dikenal dengan wisata alamnya yang indah, kawasan Dieng plateau juga terdapat wisata sejarah berupa candi. Candi-candi tersebut merupakan peningalan sejarah agama Hindu. di komplek Candi, wisatawan juga disuguhkan pada hamparan rumput nan hijau dengan aneka tanaman bunga warna-warni yang tumbuh.

Gardu Pandang Tieng

Tempat Wisata Gardu pandang Tieng merupakan sebuah bangunan yang terletak di tepi jalan raya di Kawasan Dieng. Bangunan ini dijadikan sebagai tempat untuk menikmati pemandangan di Kawasan Dieng yang sangat indah. Pemandangan dari spot ini sangat menarik terutama pada saat pagi hari yaitu pada waktu matahari terbit atau sunrise. Gardu Pandang di Dieng ini memiliki ketinggian sekitar 1700 mdpl. Dari tempat ini anda dapat melihat pemandangan Gunung Sindoro dan Gunung Kembang, serta hamparan lahan pertanian milik masyarakat yang terlihat subur.

Ekonomi


Dataran Tinggi Dieng adalah salah satu daerah penghasil sayur-sayuran terbesar di Jawa Tengah, dengan sebagian besar wilayahnya merupakan pegunungan dan di dominasi tanaman sayuran berkualitas tinggi. Kondisi iklim dan cuaca di wilayah ini sangat mendukung dilakukannya aktifitas pertanian, sehingga sebagian besar masyarakat di sekitar Dieng bermata pencaharian sebagai petani. Mayoritas bertani sayur mayur, kentang, jamur, dan buah carica.

Kini dengan dikembangkannya sektor pariwisata di wilayah Dieng, masyarakat di sekitar Dieng banyak yang membuka Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Hal ini cukup membantu peningkatan perekonomian masyarakat. Terdapat beberapa UMKM yang dikembangkan oleh masyarakat sekitar Dieng seperti Homestay, warung makan, dan kios yang menyediakan oleh-oleh.

Pengembangan pariwisata Dieng berdampak pada peningkatan perekonomian masyarakat di sekitar Dieng melalui UMKM. Hal ini menandakan pariwisata mampu memicu munculnya kesempatan perekonomian masyarakat lokal dalam bentuk usaha-usaha kecil sebagai prasarana pariwisata dan dapat dikatakan bahwa semakin berkembangnya pariwisata akan mendatangkan banyak wisatawan dan banyak pula masyarakat yang mendirikan usaha karena peluang pariwisata.

Sosial Budaya


Seperti masyarakat lain yang menghuni daerah pegunungan, masyarakat Dieng dikaruniai tanah yang sangat subur dan air jernih yang melimpah, Pertanian adalah mata pencaharian utama yang digeluti secara turun-temurun oleh masyarakatnya. Masyarakat Dieng termasuk memiliki tipe pekerja keras yang dapat dilihat setiap pagi mereka berjalan kepuncak gunung untuk menggarap lahan pertaniannya, bahkan sampai puncak gunung pun diolah, membentuk garis-garis lurus hasil cangkulan mereka, dikawasan Dieng sepertinya tidak ada sejengkal tanah pun yang dibiarkan menganggur tanpa tanaman, di satu sisi hal tersebut sangat baik akan tetapi disisi lainya sangat membayakan bagi kelangsungan hidup warganya karena fungsi lindungnya diabaikan.

Tradisi yang dimiliki oleh masyarakat Dieng bisa jadi berbeda dengan yang lain seperti yang ada di Tengger, atau di dataran tinggi lainnya, masyarakat memiliki kebiasaan Karing atau berjemur matahari pada pagi hari, dan ada kebiasaan lain seperti saat menerima tamu biasanya akan diajak langsung ke Dapur perapian untuk Genen atau Menghangatkan diri di depan tungku sampai kakinya Mongen atau menghitam karena selalu kena panas api. Makanan yang biasa dikonsumsi oleh masyarakatnya adalah nasi jagung, nasi beras, sayur lombok bandung, thikil kubis, kacang babi, Rese atau Ikan asin, sayur kentang, minuman purwaceng, carica dan lainya, makanan seperti ini bisa jadi sangat nikmat dan diminati juga oleh warga dari luar Dieng.

Ruwatan rambut gimbal

Dalam konteks budaya, masyarakat dataran tinggi Dieng mempunyai keunikan pada sebagian besar anak- anak mereka. Fenomena yang terjadi pada anak- anak di dataran tinggi Dieng telah terjadi secara turun temurun yang melekat pada masyarakat dataran tinggi Dieng. Fenomena yang terjadi pada masyarakat dataran tinggi Dieng adalah adanya anak berambut gimbel yang merupakan legenda hidup masyarakat Dieng. Fenomena ini menghadirkan budaya yang dinamakan “Ruwatan Rambut Gimbal”

Ruwat rambut gembel adalah tradisi yang dilakukan bagi anak yang memiliki rambut gembel yang dilakukan di daerah Dieng. Tradisi turun temurun ini dipercaya akan membawa keselamatan pada anak. Para orangtua yang memiliki anak berambut gimbal akan mengadakan ruwat rambut gembel atau mengikutsertakan anak mereka dalam ruwat rambut gembel secara masal. Budaya Ruwatan yang mereka lakukan sampai saat ini menunjukkan bahwa masyarakat Dieng masih memegang teguh tradisi-tradisi yang berasal nenek moyang mereka, meski seiring perkembangan zaman proses dan tata caranya mengalami pergeseran, namun esensi dari ruwatan tersebut tetap sama.

Proses ruwatan secara massal diawali dengan arak-arakan yang diiringi oleh berbagai tarian dan musik tradisional. Arak-arakan itu bermula dari suatu desa menuju kompleks candi Arjuna. Setelah sampai candi Arjuna, anak-anak berambut gembel akan dijamasi atau dimandikan. Pencukuran dilakukan di depan candi Arjuna dan dilakukan oleh sesepuh desa dengan iringan doa-doa, musik, dan shalawatan. Setelah dicukur, sesuatu yang diminta anak (bebono) akan diberikan kepada anak. Masyarakat Dieng merasa senang dan bersyukur saat anak mereka yang memiliki rambut gembel sudah diruwat.

Agama


Masyarakat Dataran Tinggi Dieng adalah bagian dari Suku Jawa dan merupakan pemeluk agama Islam yang patuh dan taat. Disisi lain kebudayaan Jawa di sebagian masyarakat masih mendarah daging, masyarakat dataran tinggi Dieng termasuk pemeluk agama Islam. Misalnya masih adanya ritual adat Jawa, terutama pada tempat yang dianggap dan dipercayai masyarakat dataran tinggi Dieng sebagai tempat keramat dan berbagai mitos yang ada di Dataran Tinggi Dieng. Masyarakat Dieng tidak menutup diri terhadap pengaruh hal – hal modern akan tetapi masih ada beberapa tradisi yang dipegang teguh seperti dalam acara adat perkawinan, khitanan, kematian, kelahiran, dan ruwatan dalam kebudayaan Jawa. Fenomena seperti ini sering terjadi pada masyarakat tradisional Jawa mengingat masyarakat tradisional Jawa masih percaya pada kekuatan di luar diri manusia.

Masyarakat Dieng termasuk pemeluk Islam yang taat dan memiliki toleransi tinggi terhadap kepercayaan lain, hal ini dapat dilihat pada saat ada orang yang membakar kemenyan di komplek candi, melakukan pertapaan di goa- goa sekitar Telaga warna dan kegiatan lain yang bersifat keagamaan tidak pernah ada yang kemudian mengganggunya. Keterbukaan ini tentu saja menjadi nilai tersendiri bagi daerah Dieng saat sektor pariwisata mulai banyak dijalani oleh masyarakatnya.

Tanaman Endemis


Selain subur akan perkebunan dan pertanian sayur mayur seperti kentang, wortel, dan kobis, Dataran Tinggi Dieng memiliki beberapa tanaman endemis yang tumbuh subur namun sangat jarang bisa ditemukan di wilayah lain seperti :

Purwaceng

Purwaceng (Pimpinella alpina Molk) merupakan jenis tanaman obat yang banyak tumbuh secara liar di di kawasan Dieng pada ketinggian 2.000-3000 meter di atas permukaan laut (dpl). Tamanan ini termasuk ke dalam 24 tumbuhan langka di Jawa. Sampai saat ini, lokasi yang dikenal sebagai daerah pengembangannya adalah dataran tinggi Dieng.

Masyarakat umum mengenal purwoceng sebagai pemulih stamina, serta penambah jumlah hormon testosteron dan spermatozoid. Purwoceng sudah banyak dimanfaatkan masyarakat sebagai obat dalam bentuk ramuan yang tidak berbahaya bagi kesehatan. Bentuk ramuan yang sudah banyak dibuat adalah dalam kemasan teh dan jamu.

Carica

Carica (Carica pubescens) merupakan jenis tanam buah endemik Dataran Tinggi Dieng. Tanaman ini tumbuh di tempat dengan ketinggian 1.400-2400 meter di atas permukaan laut (dpl), temperatur rendah, dan curah hujan tinggi sehingga penduduk setempat sering menyebut pula dengan sebutan pepaya gunung.

Tanaman ini sangat mirip dengan tanaman papaya sehingga tidak heran banyak orang yang salah mengira tanaman carica ini dengan tanaman papaya. Namun jika sudah melihat buahnya, tentu dapat diketahui perbedaannya. Buah Carica ukurannya lebih kecil daripada buah papaya pada umumnya. Buah carica biasanya diolah menjadi manisan dalam bentuk cup oleh masyarakat sekitar Dieng. Selain menyegarkan, carica juga mengandung Vit. C yang baik untuk meningkatkan imunitas tubuh.

Kuliner Khas


Manisan Carica

Carica merupakan tanaman buah yang masih satu jenis dengan pepaya. Buah ini tumbuh pada suhu dingin, sehingga di Dataran Tinggi Dieng buah Carica tumbuh dengan subur. Buah Carica biasanya diolah dalam bentuk manisan dalam cup sebagai buah tangan para wisatawan. Selain manis, rasanya manisan sangat segar sehingga cocok untuk penghilang rasa dahaga.

Purwaceng

Purwaceng merupakan jenis tanaman obat yang tumbuh di Dataran Tinggi Dieng. Purwaceng biasanya dikeringkan dan dibuat teh. Minuman ini dipercaya memiliki banyak khasiat seperti meningkatkan vitalitas, menghangatkat tubuh, menghilangkan pegal linu, mencegah atau meredakan masuk angin, meringankan demam, dan dapat mencegah kanker. Minuman purwaceng cocok di konsumsi pagi hari dalam keadaan hangat.

Tempe Kemul

Tempe kemul merupakan cemilan sejenis gorengan. Berbahan dasar tempe yang diselimuti tepung. Selimut dalam bahasa Jawa adalah kemul, sehingga dinamakan tempe kemul. Ciri khas dari tempe kemul adalah teksturnya yang kering dan renyah dengan warna kuning. Tempe kemul cocok dinikmati dalam keadaan hangat ditemani teh atau kopi panas.

Mie Ongklok

Mi ongklok merupakan makanan berbahan dasar mie dengan kuah kental asli Wonosobo yang bisa dengan mudah dijumpai di kawasan Dieng. Dalam penyajiannya, mi ongklok di balut dengan potongan daun kuaci dan kol. Mi ongklok biasanya dinikmati dengan sate atau tempe kemul.

Keripik Jamur

Di Dataran Tinggi Dieng, banyak petani-petani jamur yang menghasilkan jamur terbaik. Sehingga keripik jamur menjadi salah satu makanan khas Dieng. Selain bergizi, cita rasa keripik jamur khas Dieng juga sangat memanjakan lidah.

Kacang Dieng

Kacang Dieng tumbuh dengan baik disekitaran Dieng. Bentuk kacang Dieng seperti kacang koro. Cemilan khas berbahan dasar kacang ini biasanya diolah dengan cita rasa gurih dan asin. Sangat cocok untuk dijadikan teman bersantai dan ngobrol.

Kentang Dieng

Kentang merupakan komoditas pertanian utama di Dieng. Tetapi, Dieng memiliki cara unik dalam menyajikan olahan umbi yang satu ini. Selain dijadikan kentang goreng, kentang Dieng juga bisa dinikmati dalam bentuk semur. Biasanya kentang yang diolah berukuran kecil dan dimakan dengan kulitnya. Semur kentang memiliki cita rasa manis.

Kemar

Kemar atau disebut terong Belanja merupakan jenis tanaman yang tumbuh subur di kawasan Dataran Tinggi Dieng. Kemar biasanya diolah menjadi minuman sirup dan dodol. Buah ini rasanya masam, sehingga cocok dijadikan minuman atau jus buah karea rasanya yang segar.

Kawasan Dieng


Berdasarkan Pergub No. 5 Tahun 2009 tentang pengendalian lingkungan hidup, kawasan Dieng Plateau terletak pada koordinat 109° 41’ 00’’ sampai dengan 109° 58’ 00’’ Bujur Timur dan 07° 09’ 30’’ sampai dengan 07° 17’ 00’’ Lintang Selatan, yang meliputi 6 (enam) Kabupaten, 18 (delapan belas) Kecamatan dan 109 (seratus sembilan) Desa.

Aktivitas Vulkanik


Kawasan Dieng merupakan kawasan dengan aktivitas vulkanik di bawah permukaannya, seperti Yellowstone dan Dataran Tinggi Tengger. Dieng ini sesungguhnya kaldera dengan gunung-gunung di sekitarnya sebagai tepinya. Hal ini pula yang membuat tanah Dieng sangat subur dan kaya akan unsur mineral.

Meskipun gunung api ini telah berabad-abad mati, beberapa kawah vulkanik masih aktif hingga sekarang. Di antaranya adalah Kawah Sileri dan Sikidang. Selain kawah, terdapat pula danau-danau vulkanik yang ada di Dieng, seperti : Telaga Warna, Pengilon, Telaga Merdada, Telaga Dringo, Telaga Nila dan Telaga Cebong yang terletak di Desa Sembungan.

Sejarah Aktivitas Vulkanik


Aktivitas vulkanik di Dieng: Tahun 2013, 2011, 2009, 2005, 1993, 1986, 1981, 1979, 1964, 1956, 1954, 1953, 1952?, 1944, 1943, 1939, 1928, 1883-84, 1847, 1826, 1825, 1786, 1776, 1375.

TahunSejarah Aktivitas Vulkanik
1939Erupsi freatik (13 Oktober – 3 November). Retakan membentuk lereng dan menghasilkan pancaran lumpur.
1944(4 Desember). Hujan abu dan lumpur terjadi di desa Kepakisan, Sekalem, Sidolok, Pagerkandang, Djawera, dan Kepakisan-lor hingga gelap pekat.

Akibat letusan 59 orang tewas, 38 orang luka (sebagian luka bakar), dan 55 orang menghilang.
1979(20 Februari) Kawah Sinila mengeluarkan gas karbondioksida dan Hidrogen Sulfida (H2S). 149 orang tewas dan 17 ribu penduduk dievakuasi dari enam desa di sekitar kawah Sinila.
1992(18 Maret) gas beracun menewaskan satu orang di sekitar sungai yang terletak 200 meter sebelah barat Kawah Sikidang.
2009(16 Januari) Kawah Sibanteng meningkat statusnya menjadi waspada.

(1–19 September) terdapat dua gempa vulkanik.

(20–23 September), terdapat setidaknya satu gempa vulkanik, dan satu gempa vulkanik lagi pada (24 September)

(26–27 September) Erupsi freatik terjadi di Kawah Sileri.
2011(23 Mei) Kenaikan status dari Normal (level I) ke Waspada (level II). Kemudian pada tanggal

(29 Mei 2011) status dinaikan dari Waspada (level II) menjadi Siaga (level III).
2013(11 Maret) Kawah Timbang dinaikkan status dari Normal (level I) menjadi Waspada (level II).

Lapangan Geotermal


Dieng menyimpan kekayaan alam berupa energi panas bumi yang dimanfaatkan untuk pembangkit listrik. Lokasi energi panas bumi Dieng terletak di dua kecamatan yakni kecamatan Batur Kabupaten Banjarnegara dan Kecamatan Kejajar Kabupaten Wonosobo yang memiliki luas area 107.351.995 ha.

Pengembangan penyelidikan panas bumi Dieng dilakukan pada masa pemerintahan Hindia Belanda pada tahun 1918. Kemudian pada tahun 1964/1965 UNESCO menetapkan Dieng sebagai sumber panas bumi yang memiliki prospek sangat bagus di Indonesia. Sumur panas bumi di bor hingga kedalaman antara 1500 m-2000 m dan cadangan uap panas bumi yang tersedia sekitar 280-340 MW.

Penutup


Dieng dengan segala potensi serta kearifan lokalnya mampu menawarkan surga bagi para wisatawan. Tak khayal sebutan Pingkalingganing Buwana yang berarti ‘menjadi pusatnya dunia’ ini diemban oleh Dieng. Harapan besar agar masyarakat dan pemerintah bahu membahu untuk menjaga serta melestarikan kawasan Dieng selaku salah satu pemberi andil bagi sejarah dan identitas bangsa Indonesia.

Referensi


  1. L Agus Tjugianto. DIENG PLATEAU.
  2. Jajang Agus Sonjaya. Presentasi.
  3. John Seach. Dieng Volcano, Indonesia (www.volcanolive.com/dieng.html)
  4. Kantor Pariwisata & Kebudayaan Kab. Wonosobo – Boolet, Brosur, dll.
  5. Dinas Pariwisata & Kebudayaan Kab. Banjarnegara – Boolet, Brosur, dll.
  6. Dieng highlands, Central Java Joanne Doornewaard, Dept. Of physical planning and rural development, agricultural Universitas Wageningen 1991.
  7. Eyang Rusmanto, Juru kunci Gunung Dieng.
  8. Serat Paraden Dieng.
  9. Saputro, P. B. (2011). Tata Kelola Wisata di Dataran Tinggi Dieng Provinsi Jawa Tengah. Bogor: Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.
  10. Heniwati, S. (1994). Fasilitas Akomodasi Sebagai Penunjang Kepariwisataan Di Kawasan Dataran Tinggi Dieng.
  11. Prasetyo, B., & Suryoko, S. (2018). DAMPAK PENGEMBANGAN PARIWISATA TERHADAP PERKEMBANGAN UMKM PADA KAWASAN WISATA DIENG.Jurnal Ilmu Administrasi Bisnis.
  12. Sunyoko, B. (2019). Pesona Wisata Alam Dieng Sebagai Daya Tarik Kabupaten Wonosobo.
  13. Yulianto, E. E., & Abidin, Z. (2017). Ruwat Rambut Gembel.Empati.
  14. Kusumastuti, R. D., & Priliantini, A. (2017). Dieng Culture Festival: Media komunikasi budaya mendongkrak pariwisata daerah. Jurnal Studi Komunikasi.
  15. TKPD (Tim Kerja Pemulihan Dieng).

Penawaran ke Dieng

Penawaran menarik untuk liburan seru.

Paket Wisata

Nikmati keindahan alam dan budaya Dieng dengan paket wisata lengkap kami. Kunjungi situs-situs bersejarah, telaga warna warni, pemandian air panas alami, dan berburu golden sunrise.

Selengkapnya

Rental Mobil

Bebas jelajahi pesona Dieng dengan nyaman dan fleksibel menggunakan layanan rental mobil kami. Armada yang nyaman dan beragam pilihan mobil untuk memenuhi kebutuhan perjalanan Anda.

Selengkapnya

Penginapan

Temukan akomodasi di Dieng untuk pengalaman menginap yang menyenangkan. Berbagai pilihan hotel dan homestay dengan fasilitas lengkap untuk memastikan kenyamanan Anda.

Selengkapnya

Tempat Wisata

Temukan pesona alam Dieng yang menakjubkan dengan mengunjungi tempat-tempat wisata populer seperti Kawah Sikidang, Telaga Warna, Candi Arjuna, Padang Savana, Gunung Prau, Dieng Theater, Dll.

Selengkapnya

Pemandu Wisata

Jelajahi Dieng dengan pemandu wisata (Lokal guide HPI) berpengalaman yang akan memberikan informasi menarik tentang setiap destinasi dan membantu membuat perjalanan Anda menjadi lebih berarti.

Selengkapnya

Tiket Dieng

Dapatkan informasi harga tiket masuk ke berbagai destinasi wisata menarik di dataran tinggi Dieng dengan mudah dan cepat. Nikmati liburan Anda dengan mengestimasikan biaya pengeluaran.

Selengkapnya